WELCOME

Welcome.... This is our blog DPMFE Universitas Tarumanagara.. you will get a lot of information about us from this blog.. happy scrolling and happy reading.. :))

Kamis, 26 Maret 2015

SEORANG ANAK LELAKI DAN POHON APEL

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di         bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu.    Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan       pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. 
"Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. 
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. 
"Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." 
Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil  semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan       kegemaranmu." 
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
"Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal.       Maukah kau menolongku?" 
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku   untuk  membangun rumahmu," kata pohon apel. 
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan           gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki  itu tak   pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita              menyambutnya. 
"Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. 
"Aku sedih," kata anak lelaki itu, "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi    berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" 
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya      untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." 
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya.  Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki, "Aku hanya membutuhkan tempat     untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." 
"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan     beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." 
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum  sambil meneteskan air matanya.
Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita        senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan          mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk           membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar      pada pohon itu, tetapi mungkin tanpa kita sadari begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
 
Cintailah orang tua kita. Berikan selalu yang terbaik, yang dapat kita berikan kepada mereka. Sampaikan kepada orang tua kita, betapa kita mencintainya, dan berterima kasih atas seluruh hidup dan cinta mereka yang telah dan akan diberikannya pada kita.



Tidak ada komentar: